Di Jawa Barat pencak silat banyak mempengaruhi kesenian lain, khususnya tari rakyat. Contoh seni yang dipengaruhi pencak silat: Ketuk Tilu, Jaipongan, Cikeruhan, Sisingaan, Kuda Renggong. Pada awalnya ketika seorang pria sedang kaul Ketuk tilu, maka gerakan yang digunakan adalah gerak improvisasi yang diambil dari jurus-jurus pencak silat. Ada sebagian orang berpendapat bahwa Ibing Penca adalah bagian dari pencak silat dan bisa digunakan sebagai software untuk membela diri jika dilatih dengan rutin, namun ada juga yang berpendapat bahwa Ibing Penca bukanlah pencak silat, melainkan hanya sebatas seni tari dalam bentuk gerakan pencak silat dan tidak bisa digunakan untuk membela diri meskipun dilatih dengan serius dan tekun.
Rampak Gendang merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. 'Rampak' berasal dari bahasa sunda yang bermakna serempak atau secara bersama-sama, jadi rampak gendang bisa diartikan sebagai suatu pertunjukkan gendang yang dimainkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, pertunjukkan Rampak Gendang selalu dimainkan oleh dua orang atau lebih. Gendang atau kendang merupakan alat musik utama dari pertunjukkan Rampak Gendang. Alat musik ini juga merupakan instrumen dalam gamelan jawa, yang berfungsi sebagai pengatur irama.
Alat musik lainnya dalam pertunjukkan Rampak Gendang adalah rebab, gitar, dan alat gamelan yang lain. Semua alat musik itu kemudian dipadukan membentuk suatu irama yang energik dan bersemangat. Belakangan pertunjukkan Rampak Gendang sering dikolaborasikan dengan kesenian yang lain, seperti tari Jaipong atau dijadikan sebagai pengiring lagu pop. Namun, belakangan ini Rampak Gendang bahkan dipadukan dengan gamelan Jawa, sehingga menghasilkan sebuah pertunjukkan Rampak Gendang yang berbeda dari biasanya. Perkembangan kesenian Rampak Gendang tidak hanya sampai disitu, saat ini orang-orang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia untuk mempelajari kesenian tersebut. Bahkan salah satu universitas di Amerika membuka mata kuliah kesenian Indonesia, dengan dosen dari Indonesia, yang salah satunya mempelajari tentang kesenian Rampak Gendang.
Kesenian Rampak Gendang merupakan representasi dari kebersahajaan masyarakat Sunda. Di dalam kesenian tersebut kaya akan nilai-nilai filosofis, mencerminkan masyarakat Sunda yang guyub dan harmonis berlandaskan sifat-sifat kegotong-royongan dan keceriaan. Satu lagi kekayaan nusantara bernilai dunia yang harus kita jaga dan lestarikan. Rampak Gendang, dari Indonesia untuk dunia.
Pertunjukan Surak Ibra melibatkan sejumlah orang, terutama laki-laki. Pertunjukan dimulai dengan sejumlah pemuda membawa obor yang menyala lalu mengambil formasi berbanjar.
Mereka menari gerakan-gerakan silat. Disusul oleh rombongan penari Surak Ibra (biasanya jumlahnya sekitar 30-60 orang) yang memakai kostum pesilat (hanya tidak menggunakan warna hitam lagi, tetapi warna kuning dan merah) bergerak dengan penuh semangat, menampilkan gerakan-gerakan pencak silat.
Terdapat yang bertindak sebagai pengatur (pemberi komando), atas komandonya musik pengiring ditabuh serempak (biasanya lagu Golempang) bersambung dengan sorak-sorai yang meriah ( eak-eakan), antara musik dan sorak menciptakan suasana yang meriah dan dinamis. Setelah itu mereka melakukan formasi-formasi tertentu dengan gerakan-gerakan pencak silat. Pada saat mereka membuat formasi lingkaran, salah seorang dari mereka bertindak sebagai tokoh yang akan diboyong (diangkat-angkat), ketika lingkaran semakin menyempit tokoh tadi diangkat oleh sebagian penari Surak Ibra, ia pasrah diangkat naik turun, diikuti musik dan sorak sorai yang semakin meriah. Ia di atas tangan-tangan penari Surak Ibra menari-nari dan berpindah-pindah dari tangan ke tangan yang lain, kadang tinggi sekali melambung ke atas, sorak sorai pun semakin ramai. Biasanya setelah atraksi Surak Ibra yang memukau itu, kembali ke formasi semula sebagai sebuah Helaran. Gondang adalah lagu pada, ada mulanya gondang merupakan bagian dari upacara untuk menghormati, waktu menumbuk untuk pertama kalinya, biasa disebut meuseul Nyai Sri, setelah usai.
Yang melakukan gondang yaitu yang dianggap atau sudah. Itu dulu waktu di Jaman. Perkembangan selanjutnya gondang menjadi nama salah satu seni pertunjukan yang menggambarkan muda-mudi di pedesaan menjalin cinta kasih, dengan dan yang penuh canda. Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan, kemudian sekelompok pemuda datang, Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan. Kesenian Kuda Renggong ini sendiri biasanya diadakan untuk syukuran anak yang telah dikhitan atau disunat, atau istilahnya dikariakeun. Anak tersebut akan diarak keliling kampung menyusuri jalan raya menaiki Kuda Renggong dengan diiringi musik dan rombongannya, dan kebanyakan dari mereka ikut menari mengikuti irama musik. Biasanya penduduk yang rumahnya kebetulan dilewati oleh rombongan Kuda Renggong ini akan berbondong-bondong keluar untuk menonton.
Dalam sebuah rombongan arak-arakan Kuda Renggong sendiri bervariasi jumlah Kuda Renggongnya, mulai dari 2, 4, atau sampai 8 ekor bahkan lebih, tergantung dari si empunya hajat. Aipda Dinny Agusyanti Polda jabar ijin mengomentari wayang golek wayang golek merupakan seni budaya sunda yang sampai saat ini masi d gemari menjadi tontonan masyarakat sunda, wayang golek d gunakan sebagai alat komukasi baik merupakan ajakan, seruan yang diperagakan oleh jenis dan bentuk wayang serta tokoh setiap dalam pementasannya, Menurut cerita jaman dahulu adanya wayang golek d sunda digunakan sebagai penyampaian ajaran ajaran agama islam ato ajakan seruan dalam kemasyarakatan dan kehidupan masyarakat sunda. Briptu Nina Wardianingsih - Polda jabar Mohon Ijin memberi komentar Jendral. Kuda Renggong. Kuda Renggong merupakan kesenian pertunjukan rakyat yang berasal dari Desa Cikurubuk Kec.
Buah Sua Kab. Sumedang, pernah suatu hari saya melihat pertunjukan kuda renggong tersebut di kampung cisitu Sumedang, dimana anak kecil yang baru di khitan diarak-arak keliling kampung dengan menaiki kuda yang dihias, kesenian tersebut perlu kiranya tetap dijaga karena salah satu bentuk syukur kepada Tuhan dan menjadi hiburan tersendiri bagi warga sekitar serta silaturahmipun terjalin. IPDA JUMARNI, SH POLDA JATIM Disamping sebagai anggota Polwan saya juga berprofesi sebagai wasit pencak silat, baik unsur silat sbg olah raga, seni dan spiritual.
Untuk silat seni, musik yang pas digunakan utk mengiringinya adalah kendang pencak, walaupun saya telah mempelajari music silat di Aceh dan di Jawa Timur serta Jawa tengah namun hanya musik kendang pencak Jawa Baratlah yg cocok utk mengiringi gerakan gerakan silat berupa tehnik serang bela yang ada pada unsur seni pencak silat. Namun semoga nanti saya mendapatkan musik yg pas di Jawa Timur atau daerah lain yg pas utk mengiringi Pencak Silat selain kendang pencak. Dan semoga Pencak silat sebagai budaya asli Bangsa Indonesia tidak terkikis oleh budaya luar negeri seperti tari Gangnam Style yg dimiliki oleh negara Korea dan negara lainnya. Jayalah selalu budaya Indonesia asli, Pencak Silat! IPDA JUMARNI, SH. SINDIKAT I POLDA JATIM.
Kompol dwi setyo harini polda jatim mohon ijin memberikan komentar ttg wayang golek. Bahwa wayang golek merupakan kesemoan sunda yg sdh banyak dikenal masyarakat bukan dr masy sunda tapi juga masy selurruh indonesia karena banyak memuat sejarah perwayangan spt ramayana dan mahabarata yang banyak digemari olej banyak kalangan shgg hrs dipertahankam dan dilestarikan shgg anak cucu kta tetap akam mengenal kesenoan tsb dan dpt dijadikan sbg contoh dr tokoh perwayangannya yg kebanyakam terdpt tkoh tpkoh yg bojak dan sabar serta selalu membela kebenaran.
KESENIAN PENCAK SILAT (SUATU TINJAUAN DESKRIPTIF) ABSTRAK Menyangkal sebuah pendapat jika kesuluruhan penduduk di tanah air tidak mengenal ilmu beladiri peninggalan nenek moyangnya yang tersebar di kawasan Nusantara. Pencak Silat bukanlah ceritera baru, semenjak zaman perjuangan kelompok–kelompok maupun secara perseorangan pemuda dan pemudi dalam menentang penjajahan kolonial Belanda, hingga saat ini terus mempelajari dan mengembangkan ilmu beladiri ini. Memang kawasan orang banyak secara terinci tidak banyak mengenal kandungan dan perkembangan pencak silat secara menyeluruh. Pencak silat pada awal mulanya kita kenali sebagai perwujudan ilmu beladiri praktis dan seni pertunjukan.
Di daerah Jawa Barat kesenian ini, dipertunjukkan sebagai hiburan mana kala keluarga hendak megadakan upacara hitanan anak lelakinya, Masyarakat Betawi pula mempertunjukan seni beladiri khas Betawi dalam acara “buka palang pintu” saat upacara pernikahan adat Betawi berlangsung. Pendahuluan Pencak silat atau silat ( berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri) ialah yang berakar dari budaya. Seni bela diri ini secara luas dikenal di, dan tapi bisa pula ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Selatan dan Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah (Ikatan Pencak Silat Indonesia). (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), adalah nama organisasi yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara.
Keawaman pemirsa pencak silat, tidak boleh nampak lagi asal muasal dari daerah dan aliran berasal. Beranjak tahun 1973, karena tuntutan tumbuh suburnya perkembangan beladiri asing yang datang dari Jepang, setara waktu tenggelamnya minat pemuda akan seni beladiri peninggalan nenek moyang, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) mencoba bangkit untuk menjawab tantangan zaman, dengan mempertandingkan pencak silat sebagai olahraga diperingkat nasional hingga regional dan bangkan keseluruh dunia. Tumbuh subur pencak silat sebagai cabang olahraga primadona hingga ahir tahun 90 an hingga pejalanan berikutnya menapak jalan sampai jatuhnya impian di tahun 2000, dominasi sangjuara sebagai negara pendiri pencak silat dikalahkan oleh team pencak silat Vietnam (ISAVIE). Disela-sela waktu untuk mewujudkan impian kejayaan pencak silat hingga dapat dipertandingkan diperingkat Asian Games bahkan Olympiade, para tokoh dunia persilatan terlena dengan aspek lain dari pada pencak silat. Pencak silat beladiri dan seni yang tersisih tidak mengenyam kejayaan seperti pencak silat olahraga, karena kurang mendapat sentuhan perhatian, aliran atau perguruan pencak silat traditional terhempas dari percaturan perkembangan di tanah air Banyak jumlah aliran atau perguruan yang tidak dapat mengikuti derap lajunya perkembangan pencak silat olah raga, terkesok dan mati. Memantau perguruan/aliran pencak silat betawi sebagai tolak ukur banyaknya jumlah aliran/pergruruan secara nasional.
Perguruan yang tersisa tinggal 25% yang masih aktif. Keberadaan pencak silat yang sangat mengawatirkan ini membuat risau pendekar pendekar muda ataupun pemerhati beladiri lainnya. Secara sporadis tumbuh dikalangan pemuda-pemuda yang memiliki latar belakang disiplin ilmu beladiri yang berbeda-beda, untuk duduk berkumpul memikirkan keadaan yang tak elok dirasakan. Bagai mengumpulkan tulang belulang yang berserakan untuk besama manata kembali dengan mengadakan forum diskusi pelestarian, promosi, publikasi, dukumentasi serta mengadakan pelatihan dengan kuntribusi bersama. IPSI selaku organisasi yang memayungi pencak silat, juga berupaya untuk menumbuh hidupkan kembali pencak silat tradisional yang sudah ditinggalkan kaum generasi muda, dengan mengadakan festival pencak silat traditional 2005 di Cibubur, tentu harapan ini tidak semudah seperti yang kita harapkan. Banyak perguruan pencak silat tradisional, seusai festival kehilangan kembali murid-muridnya, para pelatihnya juga kembali berpacu dengan kehidupan yang keras dan harus digeluti. Asal-usul Kesenian Pencak Silat 2.1.
Sejarah Kesenian Pencak Silat Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertar ungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar. Silat diperkirakan menyebar di semenjak masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan.
Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau dan, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan. Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari dan dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli.
Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan. Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama pada di Nusantara.
Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah.
Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama se bagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa.
Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam. Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu: Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
Kesenian Pencak Silat 3.1. Bentuk Pertunjukan Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar.
Silat-silat dan ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga.
Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia. Teknik dan istilah Pencak Silat Nasional. Kuda-kuda Jenis bobot kuda-kuda; kuda-kuda berat, kuda-kuda sedang, kuda-kuda ringan. Jenis bentuk kuda-kuda; kuda-kuda depan, belakang, tengah dan samping. Jenis bentuk kuda-kuda Terbuka dan tertutup yaitu 12 sikap pasang. Langkah Jenis arah langkah; langkah lurus, langkah samping dan langkah serong.
Teknik langkah; langkah angkatan, geser, seser dan lompatan. Serangan Tangan Jenis pukulan; pukulan depan, pukulan samping, pukulan sangkol, pukulan lingkar.
Tebasan, tebangan, sangga, tamparan, kepret, tusukan, totokan, patukan, cengkraman, gentusan, sikuan, tabrak, dobrakan. Serangan kaki Jenis tendangan; lurus, tusuk, kepret, jejak, gajul, T tumit, T telapak kaki, T sisi luar telapak kaki, celorong, belakang, kuda, taji, sabit, baling, hentak bawah, gejug.
Sapuan kaki Jenis teknik sapuan; sapu tegak, sapu kepret, sapu rebah, sapu sabetan, sapu beset. Dengkulan Jenis teknis dengkulan; dengkul depan, dengkul samping luar, dengkul samping dalam Guntingan. Tangkapan. Kuncian.
Bantingan. Jatuhan. Belaan tangkisan; tepis, gedik, kelit, siku, jepit atas, potong, sangga, galang, kepruk, kibas, lutut, tabrak. Peralatan Dalam setiap permainan pencak silat pada umumnya suatu bentuk senia tari bela diri dimana dalam senia tari ada pendukung berupa instrumen musik pengiring yang kegunaannya untuk mengiringi tari pencak silat sehingga dalam setiap perunjukan pencak silat instrumen yang digunakan meliputi 2 set kendang penca,tarompet penca,kempul. Pemain Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat kemahiran, yaitu:.
Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan, tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar perguruan dan jurus standar IPSI. Menengah, ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya. Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, dimana mereka akan diberikan teknik – teknik beladiri perguruan, dimana teknik ini hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan. Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.
Praktik dan Konteks Pertunjukan Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam pencak silat adalah aspek seni pencak silat, yang lebih populer di Jawa Barat dengan sebutan ibing namun tidak sedikit orang menyebut aspek seni pencak silat ini dengan istilah tari pencak silat padahal dalam kenyataan yang sebenarnya bahwa istilah ibing pencak silat dengan istilah tari pencak silat mempunyai pengertian yang berbeda. Ibing Pencak Silat mempunyai pengertian yang lebih mendalam dibanding tari pencak silat, karena dalam ibing pencak silat selain ada unsur keindahan gerak di dalamnya, mempunyai tujuan akhir menjatuhkan lawan, sehingga dalam ibing pencak silat unsur beladirinya lebih menonjol. Sedangkan istilah tari lebih ditekankan pada unsur keindahannya saja tidak ada unsur beladirinya, seperti tari-tarian yang sering kita lihat. Oleh karena itu rasanya kurang tepat apabila pencak silat disebut sebagai tari pencak silat, sebab pada umumnya para ahli pencak silat di Jawa Barat menyebut seni pencak silat dengan sebutan ibing pencak silat bukan tari pencak silat. Pada mulanya pencak silat lahir karena kebutuhan masyarakat untuk mempertahankan diri, dapat dipahami kalau aspek yang menonjol adalah aspek beladiri.
Namun pada kurun waktu tertentu, disebabkan situasi politik pada saat itu (zaman penjajahan Belanda) yang tidak begitu respek terhadap beladiri pencak silat, maka pengembangan pencak silat beralih dari aspek beladiri ke aspek seni. Hal ini merupakan salah satu taktik dari para pendekar pencak silat untuk tetap melestarikan pencak silat. Padahal jika diperhatikan lebih seksama, justru dalam seni pencak silat tersembunyi kaidah beladiri pencak silat. Di Jawa Barat, di samping dikenal dengan aspek beladirinya, yang lebih dikenal dengan sebutan buah atau eusi, dikenal pula aspek pencak silat seni yang disebut kembang atau ibing pencak silat, sehingga apabila mendengar kata “pencak” yang terbayang oleh masyarakat Jawa Barat bukanlah suatu sistem pembelaan diri, melainkan suatu seni ibing pencak silat yang diambil dari gerak serangan dan belaan.